Mesin Pintas Jantung Paru

Mesin pintas jantung paru (Cardiopulmonary Bypass (CPB) Machine, Heart Lung Machine ) merupakan sebuah mesin yang digunakan dalam operasi pintas jantung paru. Mesin ini digunakan sebagai alat yang akan memfasilitasi kerja jantung dan paru-paru selama dilakukan proses pembedahan. Secara anatomi dan fisiologi mesin ini diupayakan sama seperti kedua organ vital ini. Mesin ini hanya ada pada tindakan operasi jantung. Mesin ini dijalankan oleh perfusionist.

Plavix | Clopidogrel

Komposisi

Tiap tablet salut film mengandung :
Clopidogrel bisulfat 97,9 mg setara dengan Clopidogrel basa 75 mg.


Farmakologi
Farmakodinamik
Clopidogrel secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet, dengan demikian menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi ADP, yang menimbulkan penghambatan terhadap agregasi platelet. Clopidogrel tidak menghambat aktivitas fosfodiesterase.

Farmakokinetik
Setelah pemberian berulang 75 mg Clopidogrel oral bentuk basa, konsentrasi plasma Clopidogrel yang belum dimetabolisme, yang mana tidak mempunyai efek penghambatan agregasi platelet, sangat rendah sesudah 2 jam pemberian. Clopidogrel secara cepat dimetabolisme melalui hati. Hasil metabolit utamanya adalah derivat asam karboksilat, yang juga tidak mempunyai efek terhadap agregasi platelet. Metabolit utama merupakan 85% dari semua yang terdapat di dalam plasma. Setelah pemberian dosis oral Clopidogrel berlabel 14C pada manusia sekitar 50% dikeluarkan dalam urine dan sekitar 46% pada tinja dalam waktu 5 hari setelah pemberian. Waktu paruh metabolit utamanya 8 jam setelah pemberian dosis tunggal atau dosis berulang. 2% dari yang ber-radiolabel akan berikatan dengan platelet dan memiliki waktu paruh 11 hari.
Clopidogrel secara cepat diabsorbsi setelah pemberian berulang peroral 75 mg Clopidogrel bentuk basa, metabolit utamanya mencapai kadar puncak plasma (= 3 mg/l) setelah sekitar 1 jam pemberian. Farmakokinetik metabolit utama tersebut bersifat linear (konsentrasi dalam plasma proporsinya bertambah sesuai dengan dosis) pada dosis Clopidogrel antara 50 - 150 mg. Absorbsi sedikitnya 50% berdasarkan metabolit-metabolit yang ada dalam urine. Pemberian Clopidogrel bersama dengan makanan tidak mempengaruhi bioavailabilitas Clopidogrel.
Pada penelitian secara in vitro, Clopidogrel dan metabolit utamanya berikatan dengan protein plasma manusia 98% dan 94%, secara berturut-turut. Pada penelitian secara in vitro dan in vivo, Clopidogrel secara cepat mengalami proses hidrolisis menjadi derivat asam karboksilat. Pada plasma dan urine, bentuk glukuronida dari derivat asam karboksilat juga ditemukan.


Indikasi

CPG diindikasikan untuk menurunkan aterotrombosis yang menyertai:
  • Serangan infark miokard, serangan stroke atau penyakit pembuluh darah perifer.
  • Non-ST segment elevation acute coronary syndrome dengan pemakaian bersama Asetosal.

Kontraindikasi
  • CPG dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif terhadap komponen yang terkandung di dalam CPG dan pada pasien yang mengalami perdarahan patologis seperti ulkus peptikum atau perdarahan intrakranial.
  • Ibu menyusui (lihat Peringatan : Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui).
  • Gangguan hati berat.

Dosis dan cara pemberian
  • Serangan infark miokard, serangan stroke atau penyakit pembuluh darah perifer: Dewasa dan usia lanjut : dosis yang direkomendasikan adalah 75 mg satu kali sehari.
  • Pasien dengan non-ST segment elevation acute coronary syndrome: Angina tidak stabil atau infark miokard non-Q-wave, dosis awal: 300 mg sekali pemberian dan dilanjutkan dengan 75 mg satu kali sehari dengan Asetosal (75 mg - 325 mg satu kali sehari).
  • Dosis Asetosal yang lebih tinggi berkaitan dengan meningkatnya resiko terjadinya perdarahan, maka direkomendasikan dosis Asetosal sebaiknya tidak melebihi 100 mg.

Efek samping
  • Umum: lemah, demam, hernia.
  • Gangguan pembekuan darah: perdarahan gastrointestinal, perdarahanintrakranial, hematoma, penurunan jumlah platelet, hematuria, hemoptisis,hemartrosis, perdarahan retropenial, perdarahan luka operasi, perdarahanokular, perdarahan paru, alergi purpura.
  • Gangguan sel darah: anemia, netropenia berat, trombositopenia.
  • Gangguan saluran cerna: mual, nyeri abdomen, dispepsia, gastritis, konstipasi, diare, ulkus peptikum, ulkus gaster dan duodenum, muntah, perdarahan gastritis.
  • Gangguan kulit dan kelenjar: eksema, ulcer pada kulit, erupsi bullous, kemerahan pada eritematous, kemerahan pada makulopapular, urtikaria, kemerahan pada pruritus.
  • Gangguan sistem saraf otonom: sinkop, palpitasi.
  • Gangguan kardiovaskuler: gagal jantung, edema umum.
  • Gangguan sistem saraf sentral dan perifer: kram tungkai, hipestesia, neuralgia, parestesia, vertigo, nyeri kepala, pusing, gangguan indra perasa.
  • Gangguan fungsi hati dan empedu: peningkatan kadar enzim hati, bilirubinemia, infeksi hepatitis, perlemakan hati.
  • Gangguan muskuloskeletal: artritis, artrosis, athralgia.
  • Gangguan nutrisi dan metabolik: gout, hiperuremia, peningkatan kadar non-protein nitrogen (NPN).
  • Gangguan psikiatri: ansietas, insomnia, bingung, halusinasi.
  • Trombotic thrombocytopenia purpura (TTP).
  • Gangguan denyut dan ritme jantung: fibrilasi atrium.
  • Gangguan sistem pernafasan: pneumonia, sinusitis, hemothorax, bronkospasme.
  • Gangguan vaskular: vaskulitis, hipotensi.
  • Gangguan sistem urin: sistitis, glomerulonefritis.
  • Gangguan penglihatan: katarak, konjungtivitis.
  • Gangguan reproduksi: menorraghia.
  • Gangguan sel darah putih dan sel retikuloendotelial: eosinofilia, agranulositosis, granulositopenia, leukemia, leukopenia, penurunan neutrofil.

Peringatan dan perhatian
Penggunaan CPG jarang menyebabkan timbulnya Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP), yang terjadi pada awal pemakaian. TTP ditandai oleh adanya trombositopenia dan anemia hemolitik mikroangiopati yang berkaitan dengan kelainan neurologik, disfungsi ginjal serta demam. TTP merupakan kondisi yang membutuhkan pertolongan segera termasuk plasma pheresis.
CPG dapat memperpanjang waktu perdarahan sehingga penggunaannya harus hati-hati yang mana dapat meningkatkan resiko terjadinya perdarahan
pada keadaan seperti trauma, operasi atau keadaan patologis (sering terjadi pada gastrointestinal dan intraokuler) dan pada pasien yang melakukan pengobatan menggunakan Asetosal, AINS, Heparin, inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa atau trombolitik.
Pasien dengan gangguan gastrointestinal harus hati-hati penggunaannya karena dapat menyebabkan perdarahan. Penggunaan CPG pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat dengan diatesis perdarahan penggunaannya harus hati-hati begitu pula dengan pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat karena pengalaman penggunaan CPG masih terbatas pada pasien tersebut.

Penggunaan pada ibu hamil dan menyusui:

Pemberian CPG pada ibu hamil masuk dalam kategori B, penelitian masih baru dilakukan pada binatang percobaan, jadi belum ada bukti kuat dan terkontrol dengan baik pada kelompok ini. Karena CPG dapat diekresikan melalui air susu, pemberian pada ibu menyusui tidak dianjurkan. Efektivitas dan keamanan CPG pada anak-anak belum diketahui.
Informasi untuk pasien:
Pasien sebaiknya diberikan informasi bahwa untuk menghentikan perdarahan mungkin dibutuhkan waktu lebih lama bila mengkonsumsi Clopidogrel dan pasien sebaiknya melaporkan ke dokter apabila terjadi perdarahan yang tidak biasa. Pasien sebaiknya memberi tahu dokter dan dokter gigi bahwa mereka sedang mengkonsumsi Clopidogrel sebelum dijadwalkan operasi maupun sebelum memakai obat-obat baru. Bila pasien akan menjalani operasi elektif dan tidak diharapkan adanya efek antiplatelet, maka pemakaian Clopidogrel harus dihentikan 7 hari sebelum pelaksanaan operasi. Pasien harus dimonitoring secara ketat akan adanya gejala perdarahan, terutama selama minggu pertama terapi atau sesudah prosedur
kardiovaskular invasif atau operasi. Pada pasien infark miokardial akut dengan elevasi segmen ST, terapi Clopidogrel sebaiknya tidak diberikan dalam beberapa hari awal sesudah terjadinya infark miokardial.

Interaksi obat
Asetosal:
Penggunaan Asetosal tidak mengubah penghambatan agregasi platelet yang diinduksi oleh ADP yang dimediasi oleh Clopidogrel. Penggunaan bersama dengan Asetosal 500 mg dua kali sehari selama 1 hari secara bermakna tidak meningkatkan perpanjangan waktu perdarahan yang disebabkan oleh Clopidogrel. Clopidogrel menguatkan efek Asetosal terhadap agregasi platelet yang diinduksi oleh kolagen. Clopidogrel dan Asetosal telah digunakan bersama sampai dengan 1 tahun. Oleh sebab itu, penggunaan secara bersama-sama sebaiknya dilakukan dengan hati-hati (Lihat Peringatan dan perhatian).

Heparin:

Penggunaan bersama dengan heparin tidak menimbulkan efek penghambatan agregasi platelet oleh Clopidogrel. Oleh sebab itu, penggunaan secara bersama-sama sebaiknya dilakukan dengan hati-hati (Lihat Peringatan dan perhatian).
Anti Inflamasi Non Steroid (AINS):
Pemberian naproxen bersamaan dengan Clopidogrel dapat meningkatkan kejadian perdarahan gastrointestinal sehingga pemberiannya harus hati-hati.
Warfarin:
Penggunaan bersama Clopidogrel tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan intensitas perdarahan. Inhibitor Glikoprotein IIb/IIIa (Lihat Peringatan dan perhatian).
Trombolitik:
Penilaian terhadap keamanan penggunaan bersama Clopidogrel, rt-PA dan heparin telah dilakukan pada pasien infark miokardial. Insiden terjadinya perdarahan yang signifikan secara klinis mirip dengan penilaian pada rt-PA dan heparin yang digunakan bersamaan dengan ASA. Keamanan penggunaan Clopidogrel dan agen trombolitik yang lain belum diketahui dan sebaiknya dilakukan secara hati-hati.
Lain-lain:
Tidak ada perubahan farmakodinamik, ketika Clopidogrel diberikan bersama dengan Atenolol, Nifedipine, atau keduanya. Juga tidak ada perubahan farmakodinamik secara bermakna ketika diberikan bersama dengan Phenobarbital, Cimetidine atau Estrogen. Farmakokinetik Digoxin atau Theophylline tidak mengalami perubahan setelah diberikan bersamaan dengan Clopidogrel.
Secara in vitro, Clopidogrel dosis tinggi dapat menghambat enzim P450 (2C9). Dengan demikian, Clopidogrel dapat mengganggu metabolisme Phenytoin, Tamoxifen, Tolbutamide, Warfarin, Torasemide, Fluvastatin, dan berbagai obat anti-inflamasi non steroid, tetapi tidak ada data yang memprediksikan besarnya interaksi yang serius.

Overdosis
  • Tidak pernah dilaporkan efek kelebihan dosis setelah pemakaian Clopidogrel secara tunggal 600 mg (sama dengan 8 tablet) pada sukarelawan sehat. Pemakaian Clopidogrel oral secara tunggal dengan dosis 1500 atau 2000 mg/kg bersifat letal pada tikus dan mencit begitu pula pada dosis 3000 mg/kg pada baboon. Gejala toksisitas akut pada binatang adalah muntah, lemah, kesulitan bernafas dan perdarahan gastrointestinal pada semua spesies binatang percobaan.
  • No antidote to the pharmacological activity of Clopidogrel was found. If prompt correction of prolonged bleeding time is required, platelet transfusion may reverse the effect of Clopidogrel.

Kemasan
CPG® 75 mg : Dus isi 3 blister x 10 tablet salut film

Simpan pada suhu di bawah 30°C. Lindungi dari panas dan kelembaban.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER.
Sumber : Kalbe

Pulmonary Hypertension

Tekanan darah tinggi di paru-paru disebut pulmonary hypertension (PH) atau hipertensi arteri paru (PAH). PAH adalah penyakit kronis dan mengubah hidup yang dapat menyebabkan gagal jantung kanan jika tidak ditangani (Asosiasi Hipertensi Paru, 2013).

Stanford classification | aortic dissections

Along with the DeBakey classification, the Stanford classification is used to separate aortic dissections into those that need surgical repair, and those that usually require only medical management. The Stanford classification divides dissections into:
  • type A : Involves ascending aorta or aortic arch ~ 60% ( A affect ascending aorta and arch)
  • type B : B begins beyond brachiocephalic vessels
    • involves descending aorta only ~ 40%
    • dissection commences distal to the left sub-clavian artery

ARDS | Tanda dan Gejala

American Lung Association (2013) menyebutkan beberapa tanda dan gejala ARDS meliputi:
  • Perasaan seperti kekurangan udara yang masuk dalam paru-paru
  • Nafas cepat
  • Kadar oksigen yang rendah dalam darah
  • batuk dan demam (Jika ARDS disebabkan karena pneumonia)
  • Tekanan darah rendah
  • Kebingungan
  • Ngantuk yang ekstrem

ARDS | Acute Respiratory Distress Syndrome

ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome) atau Sindrom Gawat Pernafasan Akut (Sindroma Gawat Pernafasan ) bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu kumpulan gejala atau dalam istilah medis dikatakan sebagai suatu sindrom pada sistem pernapasan (American Lung Association, 2013)

ARDS merupakan suatu jenis kegagalan paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya penumpukan cairan di paru-paru (edema paru). Sindroma ini merupakan kedaruratan medis yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal. Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat juga terjadi pada anak-anak.

Sejak Perang Dunia I, beberapa pasien dengan cedera nonthoracic, pankreatitis parah, transfusi masif, sepsis, dan kondisi lain nebgakibatkan gangguan pernapasan, infiltrat paru, dan gagal napas, kadang-kadang setelah tertunda beberapa jam sampai beberapa hari.
Sebelum penelitian patogenesis dan pengobatan sindrom ini bisa dilanjutkan, maka perlu merumuskan definisi yang jelas dari sindrom. Definisi yang demikian dikembangkan pada tahun 1994 oleh the American-European Consensus Conference (AECC) pada sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS)

Istilah “pernapasan sindrom gangguan akut” digunakan bukan “sindrom gangguan pernapasan dewasa”. Karena sindrom terjadi pada orang dewasa dan anak-anak. ARDS diakui sebagai bentuk yang paling parah cedera paru akut (ALI), suatu bentuk cedera alveolar difus. Para AECC didefinisikan sebagai kondisi ARDS akut ditandai dengan infiltrat paru bilateral dan hipoksemia berat karena tidak adanya bukti untuk edema paru kardiogenik.

Referensi
  1. American Lung Association. 2013. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).Diakses melalui http://www.lung.org/lung-disease/acute-respiratory-distress-syndrome/ pada tanggal 26 April 2013.
  2. Allergy Online Clinic.
    Penanganan Terkini Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). Diakses pada tanggal 26 April 2013 pada http://allergyclinic.wordpress.com/2012/05/06/penanganan-terkini-acute-respiratory-distress-syndrome-ards/

Perhitungan Systemic Vascular Resistance | SVR


SVR = Systemic Vascular Resistance
Rentang normal 800 - 1200 dynes·sec/cm5
CO = Cardiac output
MAP = Mean arterial pressure
CVP = Central venous pressure


Hemofiltration pada CPB

Conventional vs Modified ultrafiltration
Meningkatkan hematokrit paska operasi

Modified ultrafiltration
Pulmonal Hipertension (PH)
Mengurangi durasi rawat inap di ICU
Meningkatkan hematokrit paska operasi di ICU

TAPVD

Total Anomalous Pulmonary Venous Drainage (TAPVD) merupakan suatu gangguan drainase pada darah teroksigenasi (yang berasal dari paru-paru) yang seharusnya dia kembali ke atrium kiri, akan tetapi tidak masuk ke atrium kiri, melainkan kembali ke jantung bagian kanan.
17a_Total_anomalous_pulmonary_venous_drainage

Kalsifikasi TAPVD
Secara garis besar terbagi atas : 
  1. Supra cardiac apabila aliran kembali menuju sitem vena sitemik melalui a left-side vertical vein. Menuju  vena brachiocephalic kiri atau secara langsung ke vena cava superior kanan. 
  2. Intra cardiac  apabila aliran kembali ke atrium kanan melalui sinus coronarius atau langsung ke atrium kanan.
  3. Infra cardiac apabila aliran kembali ke vena cava inferior. 
17c_Total_anomalous_pulmonary_venous_drainage

Referensi :
  1. The Royal Children's Hospital. Total Anomalous Pulmonary Venous Drainage TAPVD diakses melalui http://www.rch.org.au/cardiology/parent_info/Total_Anomalous_Pulmonary_Venous_Drainage_TAPVD/
  2. RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. TAPVD.Diakses melalui http://www.pjnhk.go.id/content/view/273/35/

























































Asuhan Keperawatan Jantung

ARDS | Etiologi

  • Infeksi berat dan luas (sepsis)
  • Pneumonia
  • Tekanan darah yang sangat rendah (syok)
  • Terhirupnya makanan ke dalam paru (menghirup muntahan dari lambung)
  • Beberapa transfusi darah
  • Kerusakan paru-paru karena menghirup oksigen konsentrasi tinggi
  • Emboli paru
  • Cedera pada dada
  • Luka bakar hebat
  • Tenggelam
  • Peradangan pankreas (pankreatitis)
  • Overdosis obat seperti heroin, metadon, propoksifen atau aspirin
  • Trauma hebat
  • Transfusi darah (terutama dalam jumlah yang sangat banyak).
  • bakteremia
  • keracunan darah
  • Trauma, dengan atau tanpa memar paru
  • Patah tulang, patah tulang dan patah tulang terutama beberapa tulang panjang
  • luka bakar
  • transfusi masif
  • pneumonia
  • aspirasi
  • overdosis obat
  • Near Drowning (hampir tenggelam)
  • Postperfusion injury pasca cardiopulmonary bypass
  • Pankreatitis
  • Fat emboli
  • Breathing in salt water
  • Breathing in harmful smoke or fumes
  • Narcotics
  • Sedatives
  • Shock

Referensi :
  1. Penanganan Terkini Acute Respiratory Distress Syndrome terdapat dalam (ARDS)http://allergyclinic.wordpress.com/2012/05/06/penanganan-terkini-acute-respiratory-distress-syndrome-ards/ 
  2. Understanding Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS).Terdapat dalam http://www.lung.org/lung-disease/acute-respiratory-distress-syndrome/understanding-ards.htm. 

Seks Pasca Operasi Jantung

Aktivitas seksual bagi pasangan suami istri merupakan suatu hal yang tak dapat dipisahkan, begitu pula bagi Anda yang telah menjalani operasi jantung. Gairah seksual akan tetap ada, meskipun terkadang berkurang dikarenakan adanya rasa takut, ataupun 'kasihan' terhadap pasangan Anda.
Bukan sesuatu hal yang dilarang bagi Anda untuk dapat berhubungan seksual paska operasi jantung. Namun, perlu diingat bahwa Anda/pasangan baru saja operasi jantung dan tentunya aktivitas seksual erat berhubungan dengan jantung Anda. Jantung akan bekerja lebih ketika Anda melakukan hubungan seksual. 
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :
  1. Anda dan pasangan baru dapat melakukan hubungan seksual dalam rentang dua sampai empat minggu pasca operasi.  
  2. Hindari posisi yang menyebabkan tekanan pada dada atau ketegangan pada lengan dan dada. 
  3. Pilihlah waktu ketika Anda beristirahat dan santai. 
  4. Tunggu dua jam setelah makan atau minum alkohol.
  5. Suhu ruangan yang nyaman. 
  6. Saat/paska hubungan seksual, jantung Anda akan berdetak lebih cepat dan bernapas lebih cepat. Hal ini harus kembali normal dalam waktu tiga sampai lima menit setelah berhubungan seks. Jika Anda merasa sesak napas, mengalami sakit atau ketidaknyamanan pada dada atau lengan, Anda mungkin perlu untuk mengubah posisi, jika gejala berlanjut, hentikan apa yang Anda lakukan. 
  7. Konsultasikan dengan dokter Anda jika Anda melihat salah satu gejala berikut: Denyut jantung cepat (di atas tingkat detak jantung anda) atau palpitasi. Sesak napas yang bertahan lebih dari 3-5 menit setelah berhubungan seks. Nyeri dada (seperti sakit angina Anda sebelumnya) selama atau setelah hubungan seksual. Ekstrim kelelahan pada hari berikutnya hubungan seksual.

ASCP | Antegrade Selective Cerebral Protection


Surgical techniques of total arch replacement using selective antegrade cerebral perfusion

Yutaka Okita, Kenji Okada, Atsushi Omura, Hiroya Kano, Hitoshi Minami, Takeshi Inoue, Toshihito Sakamoto, Shunsuke Miyahara, Tomonori Shirasaka, Katsuhiro Yamanaka, Taimi Ohara, Yoshikatsu Nomura, Hidekazu Nakai
Division of Cardiovascular Surgery, Department of Surgery, Kobe University Graduate School of Medicine, Kobe, Japan
Corresponding to: Yutaka Okita, MD. Department of Surgery, Divisions of Cardiovascular Surgery, Kobe University Graduate School of Medicine, 7-5-2, Kusunoki-Cho, Chuo-Ku, Kobe, Hyogo, 650-0017, Japan. Email: yokita@med.kobe-u.ac.jp.

Submitted January 15, 2013. Accepted for publication Mar 20, 2013.
doi: 10.3978/j.issn.2225-319X.2013.03.07

Introduction

This detailed illustrated article describes our preferred surgical technique of total arch replacement using selective antegrade cerebral perfusion (SACP). Our current approach includes: (I) meticulous selection of arterial cannulation site and type of arterial cannula; (II) SACP for neuro-protection; (III) whole body hypothermia with minimal tympanic temperatures between 20 and 23 °C and minimal rectal temperatures below 30 °C; (IV) early re-warming after distal anastomosis with SACP flow adjustment while monitoring brain oxygenation by near infrared spectroscopy (NIRS); and (V) after 2006, maintaining strict fluid balance below 1 L by the extracorporeal ultrafiltration method (ECUM) during cardiopulmonary bypass (CPB), with the expectation of more rapid pulmonary functional recovery.

Operative techniques

Preparation

The patient is placed in the supine position and the diodes of NIRS are attached on the foreheads bilaterally. For NIRS, we use INVOS 5100C (Somanetics, Troy, MI), which provides continuous regional cerebral oxygen saturation (rSO2). The rSO2 readings are expressed as an index, measuring differences from an unknown baseline. A standard median sternotomy is performed and there is no need for extension of the skin incision to the left neck.
Before going on the CPB, the innominate vein is fully mobilized with division of several branches to facilitate exposure of the aneurysm. The vein is seldom divided (Figure 1). Dissection of the aneurysm, aortic arch branches, or the vagus nerve is not usually performed to minimize aortic manipulation and recurrent laryngeal neuroprexia. Taping around the arch or arch vessels is not necessary (Figure 2). The serrated balloon tipped cannulae usually sit well in the neck vessels without snaring or can be fixed with a silk suture.
Figure 1 The innominate vein is fully mobilized with division of several branches to facilitate exposure of the aneurysm. The vein is seldom divided
Figure 2 The aortic arch is exposed. Taping around the arch or arch vessels is not necessary. The tip of aortic cannula is always set towards the aortic valve in order to avoid direct flow to the arch

Cannulation

Preoperative CT scan is done in every patient to assess the atheromatous lesions in the ascending aorta. Both transesophageal and epi-aortic echocardiography are applied to interrogate the ascending aorta and determine cannulation site. CPB is established with bi-caval drainage. The left ventricle is vented through the right upper pulmonary vein. Femoral artery cannulation is applied particularly in patients with aortic dissection. For the diseased ascending aorta/aortic arch, a 24 Fr dispersion arterial cannula (Duraflo II, Edwards Lifesciences LLC, Irvine, CA) is used. Otherwise a straight tip cannula in the ascending aorta (DLP, Medtronic, Minneapolis, MN, USA) is used. Cannula tip is always set towards the aortic valve to avoid direct flow to the arch (Figure 2). All patients receive 100 mg of betamethasone sodium phosphate, and 100 mg of sivelestat sodium hydrate is added to the pump circuit at the initiation of CPB.

Exposition

After tympanic temperature has dropped down to 23 °C with rectal temperature below 30 °C, the aortic arch aneurysm is opened while raising the central venous pressure to 10 mmHg or brief periods of retrograde cerebral perfusion. By using four traction sutures, including one at the root of each arch vessel and one in the lesser curvature of the arch, the inside of the aortic arch is exposed (Figure 3).
Figure 3 Aortic arch is opened under circulatory arrest. Selective antegrade cerebral perfusion from inside the aortic arch is established and stay sutures are used to secure the cannulae in position SACP is then initiated. A 14- or 16-Fr balloon-tipped cannula is inserted from inside the aorta into the brachiocephalic artery, and 12-Fr cannulae are positioned in the left common carotid and left subclavian arteries individually. We routinely use self-inflating serrated-balloon-tipped cannulae (Fuji systems, Tokyo). Snaring of neck vessels is strictly prohibited. Stay stitches are applied to secure the cannulae (Figure 3). After insertion, cannulae are fixed to the right skin edge towels, to prevent hindering exposure of the orifice of the descending aorta. Avoiding cerebral embolism is particularly important in SACP cannulation. For the ostium of severely atherosclerotic arch vessels, arteriotomy is extended distally from the diseased ostium so that cannulae can be placed in position under direct vision. SACP flow is maintained at 10-12 mL/kg/min using an independent roller pump, and balloon tip pressure is maintained between 30 and 40 mmHg. Myocardial protection is achieved by antegrade or retrograde cardioplegia. Gauze sponges are placed in the aortic root and in the descending aorta to catch atheromatous debris.

Aortic arch reconstruction

The vagal nerve is never dissected out to prevent left recurrent laryngeal nerve injury and to alleviate inadvertent injury of the esophagus. Direct circumferential transection of the proximal end of the descending aorta, distal to the aneurysm is usually performed starting at 3 o’clock position. Incising back of the aortic arch may not be necessary and can be rather harmful sometimes to the left recurrent laryngeal nerve (Figure 4). It is very important not to lose the adventitia in this maneuver. Further dissection of the descending aorta, at least 3-5 cm, is necessary in order to have enough suture bites and for placement of a 25 mm wide Teflon felt strip around the proximal descending aorta. Usually the bronchial arteries are divided, and sometimes the upper intercostal arteries, in order to mobilize the descending aorta (Figure 5). The thoracic duct often lies along the descending aorta in this level and should not be injured. Every attempt is made to leave the left pleura intact otherwise inadvertent bleeding from the distal anastomosis may escape into the deep in the left pleural cavity and go unnoticed.
Figure 4 The orifice of the descending aorta is enucleated from the inside of the arch. Direct circumferential transection of the proximal end of the descending aorta, distal to the aneurysm is usually performed starting at 3 o’clock position. Incising back of the aortic arch may not be necessary and rather harmful sometimes to the left recurrent laryngeal nerve
Figure 5 The right and left bronchial arteries are divided and sometimes the upper intercostal arteries are also divided in order to mobilize the descending aorta
A sealed four-branched (10, 8, 8, 8 mm) graft (J graft. Japan Lifeline, Tokyo or Triplex, Terumo Corporation, Tokyo, Japan) is used. Open distal aortic anastomosis is performed with a flexible sucker being placed inside the graft to collect blood in the descending aorta (Figure 6). A 4-0 monofilament suture on a 22 mm needle is used. The suture starts at 9 o’clock position, progressing counter-clockwise. Suture is tied first and bites are taken at least 10 mm apart. After completing the anastomosis, a 4-0 compacting suture is placed to fasten the Teflon felt (Figure 6).
Figure 6 A 25 mm wide Teflon felt strip is placed around the descending aorta. A sealed four branched (10, 8, 8, 8 mm) graft (J graft. Japan Lifeline, Tokyo or Triplex, Terumo Corporation, Tokyo, Japan) is used. The open distal aortic anastomosis is performed with a flexible sucker being placed inside the graft to collect the blood in the descending aorta. The suture starts at 9 o’clock position, going counter-clockwise. The suture is tied first and suture bites are taken at least 10 mm. After completing anastomosis, a 4-0 compacting suture is placed to fasten the Teflon felt
Lower body circulation is then reinstituted through one branch of the graft, sometimes after flushing from the femoral arterial cannula, and whole body rewarming is started with antegrade perfusion (Figure 7). At this stage, secure hemostasis in the distal suture line must be obtained. Concurrent with re-warming, SACP flow is gradually increased while maintaining the baseline values of rSO2. However, SACP flow is limited below 1,200 mL/min at all times to prevent brain edema.
Figure 7 Lower body reperfusion is re-established through the branch graft and early re-warming is initiated while monitoring near infrared spectroscopy. This is followed by proximal anastomosis, with Teflon felt reinforcement externally. Proximal anastomosis is then accomplished using 4-0, 17 or 22 mm needle, monofilament suture with 10 mm wide Teflon felt reinforcement. After the heart is de-aired, the graft clamp is released and coronary reperfusion is resumed.

Epi-aortic vessel reconstruction

Aortic arch is divided to make vessel buttons with each traction suture (Figure 8). Three arch vessels are reconstructed tandem to the graft branches using a 5-0, 17 mm needle, monofilament suture. Usually the parachute technique is used and each vessel is perfused after completion of the anastomosis. CPB is then weaned-off. The left pleura is now opened longitudinally near the sternum to monitor unexpected bleeding into the left pleural cavity.
Figure 8 Aortic arch is divided to make vessel buttons with each traction suture. Three arch vessels are reconstructed tandem to the graft branches using a 5-0, 17 mm needle, monofilament suture. Usually the parachute technique is used and each vessel is perfused after completion of the anastomosis
If the patient also has carotid artery or intracranial artery stenosis/occlusion, epi-aortic vessel reconstruction is performed prior to re-warming (Figure 9). After distal anastomosis to the descending aorta, while perfusing the brain at 23 °C, the left subclavian, left common carotid, and brachiocephalic arteries are anastomosed and perfused. Rewarming is then started and proximal anastomosis is performed in the same fashion.
Figure 9 If the patient also has carotid artery or intracranial artery stenosis/occlusion, epi-aortic vessel reconstruction is performed prior to re-warming. After distal anastomosis to the descending aorta, while perfusing the brain in 23 °C degree, the left subclavian artery, the left common carotid artery, and the brachiocephalic artery are anastomosed and perfused tandem. Rewarming is then started and proximal anastomosis is performed as same fashion

Aortic dissection

In patients with acute aortic dissection, requiring total arch replacement, hypothermic circulatory arrest is achieved and the arch is opened. SACP is initiated by inserting three balloon-tipped catheters in the true lumen of the arch branches. No tourniquet around the arch vessels is necessary. The arch is transected just distal to the left subclavian artery and the adventitia of the descending aorta is carefully dissected without injuring it (Figure 10).
Figure 10 In an acute aortic dissection case, hypothermic circulatory arrest is initiated through 
femoral cannulation and the arch is opened longitudinally
A 5 cm long, 16 to 20 mm wide, Dacron graft is inserted in the true lumen of the descending aorta and a wider, 3 cm, Teflon felt strip seated outside the adventitia (Figure 11). A continuous 5-0 polypropylene horizontal mattress suture with straight needle is used to secure the elephant trunk, dissection flap, and the adventitia (Figure 12). At this stage, all circulation is stopped for 3 minutes to dry-up the lumen of the descending aorta, and biological glue (Bioglue) is used to obliterate the false lumen.
Figure 11 As an elephant trunk, a 5 cm-length, 16 to 20 mm in diameter, Dacron graft is inserted in the true lumen of the descending aorta and a wider, 3 cm, Teflon felt strip is seated outside the adventitia
Figure 12 A continuous horizontal mattress suture of 5-0 polypropylene sutures with straight needle
 is used to secure the elephant trunk, dissection flap, and the adventitia
Distal anastomosis with four-branched graft to the descending aorta, including the elephant trunk, aortic wall, and the felt strip, is then performed using 4-0 sutures (Figure 13).
Figure 13 Distal anastomosis with four-branched graft to the descending aorta, including the elephant trunk,
aortic wall, and the felt strip, is then performed using 4-0 polypropylene sutures
The circulation of the lower body is then initiated. The proximal aortic stump is incorporated with the aortic valve commissures, the false lumen, and the inner and outer Teflon felt using same 5-0 polypropylene horizontal mattress sutures (Figure 14). Proximal anastomosis is done in the same manner. Aortic arch branches are also reconstructed using small pieces of Teflon felt strips.
Figure 14 The proximal aortic stump is incorporated with the aortic valve commissures, the false lumen, and the inner and outer Teflon felt using same 5-0 polypropylene horizontal mattress sutures
The fluid balance during CPB is strictly controlled and kept below 1,000 mL by the ECUM (Capiox Hemoconcentrator HC11, Terumo Co., Tokyo, Japan). After completion of total arch replacement, the patient is weaned off CPB, receives protamine and decannulated as per routine.

Comments

For surgical approaches to the arch aneurysm, especially for the distal arch aneurysm, both median sternotomy and left thoracotomy can be applied. However, we have been using median sternotomy exclusively to avoid several complications associated with left thoracotomy. Patients with chronic obstructive lung disease or chronic aortic dissection tend to have some adhesions between the aneurysm and the left lung. Lung injury secondary to surgical manipulation, especially after deep hypothermia, can add further risk to the postoperative pulmonary complications (1). Also, the incidence of left recurrent laryngeal nerve damage was higher in patients who had left thoracotomy than those with midsternotomy. We reported that the level of carina or 17 cm from the sternum level to the back was approachable from the median sternotomy (2).
The selection of an arterial cannulation site and type of cannula are very important in preventing atheroembolic events, particularly neurological complications. In most instances we select the ascending aorta as an arterial cannulation site after inspection of the epiaortic echographic scan. In an experimental study, Fukuda et al. (3) confirmed that directing the cannula tip of the Dispersion cannula towards the aortic root generated slower and less turbulent flow in the transverse arch of the glass models of both healthy and aneurysmal aortic arches.
Selective antegrade cerebral perfusion is now considered to be most reliable brain protection method and has been widely used in the field of aortic surgery, albeit with variations (4,5). We have always used three cannulae, which are inserted from inside of the arch without snaring. Urbansky et al. (6) used only one cannula to perfuse the whole brain and reported a low incidence of postoperative stroke. Many surgeons perfuse only the brachiocephalic and left common carotid artery, and not the left subclavian artery. However, incompleteness of the circle of Willis has been reported as 20% to 30% in normal population(7), with the vertebral arteries sometimes hypoplastic or stenotic, especially in elderly patients. Also the left subclavian artery often supplies collateral vessels to the spinal cord.
As noted by Kouchoukos et al. (8), the exclusion technique for aortic anastomosis or aortic branches is securer than the inclusion technique. We always transect the aorta just distal from the aneurysm and divide several bronchial arteries. This may also alleviate inadvertent injury to the esophagus or left lung. Technically, transection of the aorta is usually performed by incision circumferentially from inside of the aorta, not by incising the aortic arch wall anteriorly or posteriorly.
Usage of the four-branch graft has several potential advantages over the “island” aortic cuff technique to reconstruct the arch vessels. Individual anastomosis of each arch vessel can provide secure anastomosis. By also dividing the arch cuff into the three buttons, more liberal exposure of the aortic arch can be obtained. Consequently, proximal anastomosis of the ascending aorta can precede the arch anastomosis and the resultant reduction in the cardiac ischemic time is beneficial.
In summary, we have found that SCAP is a reliable neuro-protection strategy during aortic arch surgery. In our hands, SACP is associated with low perioperative morbidity and mortality.

Acknowledgements

Disclosure: The authors declare no conflict of interest.

References

  1. Asimakopoulos G, Smith PL, Ratnatunga CP, et al. Lung injury and acute respiratory distress syndrome after cardiopulmonary bypass. Ann Thorac Surg 1999;68:1107-15.
  2. Asano M, Okada K, Nakagiri K, et al. Total arch replacement for aneurysm of the aortic arch: factors influencing the distal anastomosis. Interact Cardiovasc Thorac Surg 2007;6:283-7.
  3. Fukuda I, Fujimori S, Daitoku K, et al. Flow velocity and turbulence in the transverse aorta of a proximally directed aortic cannula: hydrodynamic study in a transparent model. Ann Thorac Surg 2009;87:1866-71.
  4. Bachet J, Guilmet D, Goudot B, et al. Antegrade cerebral perfusion with cold blood: a 13-year experience. Ann Thorac Surg 1999;67:1874-8; discussion 1891-4.
  5. Okita Y, Minatoya K, Tagusari O, et al. Prospective comparative study of brain protection in total aortic arch replacement: deep hypothermic circulatory arrest with retrograde cerebral perfusion or selective antegrade cerebral perfusion. Ann Thorac Surg 2001;72:72-9.
  6. Urbanski PP, Lenos A, Lindemann Y, et al. Carotid artery cannulation in aortic surgery. J Thorac Cardiovasc Surg 2006;132:1398-403.
  7. Merkkola P, Tulla H, Ronkainen A, et al. Incomplete circle of Willis and right axillary artery perfusion. Ann Thorac Surg 2006;82:74-9.
  8. Kouchoukos NT, Wareing TH, Murphy SF, et al. Sixteen-year experience with aortic root replacement. Results of 172 operations. Ann Surg 1991;214:308-18; discussion 318-20.

Menghitung BSA| Body Surface Area

Download


Silahkan download/unduh artikel di bawah ini. Semua dapat Anda unduh secara cuma-cuma.

  1. Monitoring of the Adult Patients on Venoarterial Extracorporeal Membrane Oxygenation. Hindawi Publishing Corporation The Scientific World Journal. Volume 2014, Article ID 393258. Download | pdf
  2. Extracorporeal Membrane Oxygenation Circuitry. Pediatr Crit Care Med.2013 June.  Downlaod | pdf  
  3. Centrifugal Clinical Guidlines Paediatric Intensive Care & Neonatal Intensive Care Royal Hospital for Sick Children, Glasgow. Download | pdf 
  4. ELSO general guidelines for all ecls cases. Extracorporeal Life Support Organization (ELSO).Version 1.1. April 2009. Download | pdf 
  5. 2014 ESC Guidline on the diagnosis and treatment of aortic disease. European Hearth Journal (2014) 35, 2873-2926. Downlaod | pdf
  6. Presentasi Kasus CABG (Coronary Artery Bypass Graft ) Download | ppt
  7. Perfusion and cannulation strategies for neurological protection in aortic arch surgery 
  8. Perfusion techniques during surgery of the thoracic and thoraco-abdominal aorta: the veno-arterial bypass

Inotropik

Adrenalin

Ross procedure

The Ross Procedure adalah jenis operasi katup aorta khusus di mana katup aorta  pasien diganti dengan katup pulmonalis pasien sendiri. katup pulmonalis kemudian diganti dengan katup pulmonalis kadaver cryopreserved (jenazah). Pada anak-anak dan dewasa muda, atau pasien sangat aktif yang lebih tua, prosedur ini menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan penggantian katup aorta tradisional dengan prostesis diproduksi .
Heart illustration showing the aortic valve and pulmonary valve.
Gambar . A : Katup pulmonalis dan segmen arteri pulmonalis yang dipotong . Segmen pulmonalis ini nantinya akan ditempatkan pada posisi aorta mengganti katup aorta sakit

Heart illustration showing the right coronary artery, pulmonary autograft, and left coronary artery.
Gambar . B : Katup aorta sakit dan jaringan proksimal diangkat, meninggalkan kanan dan kiri arteri koroner dengan hanya tombol jaringan .
  autograft root, right coronary artery, allograft, and left coronary artery.
Fig. C autograft pulmonalis ditempatkan pada posisi aorta dan jaringan pada kedua sisi kanan dan arteri koroner kiri kemudian dijahit ke dalam segmen paru dan ditutup. Sebuah kadaver katup pulmonal dan arteri homograft kemudian diganti pada posisi paru untuk menggantikan segmen paru dipotong..
Umur dari autograft pulmonal pada posisi aorta lebih unggul dibandingkan bioprostheses (katup buatan dari hewan) seperti katup babi, yang cenderung menurun. Selanjutnya, antikoagulan tidak diperlukan seperti dengan katup mekanik. Dengan demikian, individu dapat menjalani hidup aktif tanpa risiko yang terkait dengan terapi antikoagulasi. Hal ini sangat penting bagi wanita usia subur yang membutuhkan penggantian katup aorta, sebagai antikoagulasi merupakan kontraindikasi pada kehamilan . 

Longevity of the pulmonary autograft in the aortic position is superior to bioprostheses such as porcine valves, which tend to degenerate after only a few years in patients under 35 years of age. Furthermore, anticoagulation is not required as with mechanical valves. Thus, individuals can lead an active life without the risks associated with anticoagulation therapy. This is especially important for women of child bearing age needing aortic valve replacement, as anticoagulation is contraindicated in pregnancy.

Rereferensi:

1. Ross Procedure. Cardiothoracic Surgery

ACT | Activated Clotting Time

ACT (activated clotting time, aktifasi waktu pembekuan),  pertama kali dijelaskan oleh Hattersley pada tahun 1966 dan ACT digunakan sebagai point of care test (POCT) dasar pada titik uji perawatan koagulasi yang digunakan untuk memonitor efek antikoagulan dari unfractionated heparin (UFH, heparin tak terpecah) pada pasien yang menggunakan cardiopulmonary bypass (CPB), mesin pintas jantung paru, ECMO (extracorporeal membrane oxygenation), menjalani percutaneous transluminal coronary angioplasty (angioplasti koroner perkutan transluminal), hemofiltrasi atau pasien yang menjalani hemodialisis.
Pada awal cardiopulmonary bypass (CPB, pintas jantung paru) dosis heparin yang digunakan untuk mencegah pembekuan di sirkuit ekstra korporeal didirikan secara empiris - dosis menjadi minimum dengan yang pembekuan di sirkuit extracorporeal tidak terjadi. Batas ACT aman adalah di wilayah 300 detik didasarkan pada pengamatan bahwa di atas tingkat ini bekuan darah jarang terjadi di sirkuit extracorporeal. Pasien yang akan menggunakan mesin pintas jantung paru, akan diberikan UFH sebanyak 300-400 IU/kg atau dengan rumusan 3-4 gr/KgBB (1 gr =100 IU) dengan bolus yang diperlukan untuk mempertahankan ACT > 400.

Prinsip Pemeriksaan 
Darah segar (whole blood) yang baru diambil dari pasien, sejumlah darah itu kemudian dimasukkan dalam permukaan tabung aktivator [awalnya aktivator y ang digunakan adalah celite, akan tetapi umumnya kini menggunakan aktivator lain seperti kaolin dan kaca bola ] yang mengakibatkan aktivasi koagulasi melalui jalur intrinsik [Faktor XII].
Ketika memasukkan darah dalam tabung, tekan tombol start untuk menandakan bahwa alat sudah mulai untuk menghitung lamanya darah yang dimasukkan menggumpal. Ketika darah sudah bercampur dengan reagen/aktivator, maka proses koagulasi dimulai.

Metode 
Jenis aktivator mempengaruhi waktu pembekuan.
Activator
Activated Clotting Time [ACT]
None190 - 300 detik
Celite100 - 170 detik
Glass110 - 190 detik
Kaolin90 - 150 detik
Berbagai mesin telah dikembangkan dalam pemeriksaan proses ini. Pada pasien non-antikoagulan, ACT adalah di wilayah 107S ± 13 detik. Selama cardiopulmonary bypass, heparin dititrasi untuk mempertahankan ACT antara 400 dan 600 detik. Selama ECMO, heparin dititrasi untuk mempertahankan ACT antara 220 dan 260s.

Penyebab Perpanjangan ACT
Heparin
Hypothermia
Hypofibrinogenaemia
Hemodilusi
Aprotinin
Thrombocytopaenia 
Kelainan trombosit kualitatif 
Defisiensi faktor pembekuan lainnya

Rentang Referensi
Kisaran referensi untuk ACT bervariasi tergantung pada metode yang digunakan untuk pengujian; biasanya jatuh di suatu tempat dalam waktu 70-180 detik. 
Heparinisasi pada mesin CPB  memiliki tujuan untuk memperoleh nilai ACT dalam rentang 400-500 detik (biasanya> 480 detik), tergantung pada metode. Heparin yang diberikan pada mesin CPB 4-5 unit/mL cairan priming. Untuk indikasi lain, tujuan ACT biasanya lebih rendah daripada bagi cardiopulmonary bypass.


Referensi:
1. Activated Clotting Time [ACT] diakses melalui http://www.practical-haemostasis.com/Miscellaneous/Miscellaneous%20Tests/act.html pada tanggal 23 Mei 2014

Vasoplegia Syndrome

Protamine Sulphate

Truncus Arteriosus

Norwood Procedure

Priming CPB

Salah satu hal yang dilakukan seorang perfusionist untuk mempersiapkan mesin CPB dengan mengisi sirkuit mesin pintas jantung paru dengan larutan isotonik

Tetralogy of Fallot


Coarctation of The Aorta

Coarctation of the aorta adalah obstruksi pada aorta descenden



















Referensi :
  1. Nieves et al.Coarctation of the Aorta.
  2.  













Arterial Switch Procedure

Rastelli Procedure

Rastelli procedure merupakan suatu

Rastelli Procedure






Referensi :

  1.  

Gambar

  1.  Rastelli Procedure. Terdapat dalam http://www.chw.org/display/PPF/DocID/21367/router.asp diakses 10 Maret 2013. Children's Hospital of Wisconsin.



Diuretik

Diuretik menghasilkan peningkatan aliran urin (diuresis) dengan menghambat reabsorbsi natrium dan air dari tubulus ginjal. Proses reabsorbsi terjadi di proksimal dan ansa henle juga distal. Diuretik memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan natrium dan air. Sehingga sejumlah cairan keluar melalui urin

kelebihan cairan, seperti udem paru ataupun udem perifer
 

Obat-Obatan Kardiovaskuler

High Frequency Oscillation

Peripheral Vascular Disease

Peripheral Vascular Disease

Tekanan Darah

http://foodmatters.tv/articles-1/natural-ways-to-manage-high-blood-pressure
Tekanan darah adalah kekuatan darah terhadap dinding arteri. Tekanan darah dicatat dengan dua angka, yaitu tekanan sistolik (saat jantung berdetak) dan tekanan diastolik (saat jantung berelaksasi antara denyut). Pengukuran ditulis satu di atas dan nomor diastolik di bagian bawah. Sebagai contoh, pengukuran tekanan darah 120/80 mmHg (milimeter air raksa) dinyatakan secara verbal sebagai "120 per 80."  Tekanan darah normal adalah kurang dari 120 mmHg sistolik dan kurang dari 80 mmHg diastolik.

Blood Flow Measurement

Blood Flow Measurement atau pengukuran aliran darah merupakan suatu tindakan yang dilakaukan untuk mengetahui banyaknya aliran darah berdasarkan

ECMO | Extracorporeal Membrane Oxygenation

Extracorporeal Membrane Oxygenation atau ECMO merupakan suatu tindakan medis untuk memberikan bantuan pada fungsi jantung dan paru-paru yang mengalami gangguan kronik hingga fungsi dari satu dan atau keduanya dapat pulih.
Ecmo pertama kali digunakan secara sukses pada neonatus dengan gagal napas di tahun 1975. Untuk sekarang Ecmo tidak hanya digunakan pada neonatus, tetapi juga bisa dilakukan pada pediatrik bahkan pasien dewasa dengan gangguan pernapasan dan atau gagal jantung yang tidak respon dengan penggunaan terapi medis /obat-obatan.

Tipe Kanulasi
VA Ecmo
Tipe kanulasi pada Ecmo terdiri dari dua jenis, yakni veno-arterial (VA) dan veno-venous (VV). Kanulasi pada VA Ecmo lebih sering pada vena femoralis sebagai sumber darah yang akan dioksigenasi dan arteri femoralis untuk mengembalikan darah yang teroksigenasi ke sistem.
Ujung kanul vena femoralis harus berada dekat antara vena cava inverior dan atrium kanan dan kanul arteri femoralis berada di arteri iliaka.
Kanulasi pada VV Ecmo, kanul vena digunakan pada vena femoralis kanan sebagai drainase dan vena jugularis interna kanan untuk kembalikan darah teroksigenasi.
Lokasi kanulasi selain femoral dapat juga dilakukan secara central. Akan tetapi hal ini biasanya dilakukan paska bedah jantung.



 Indikasi
VV Ecmo
Beberapa indikasi dilakukan Ecmo diantaranya :
  1. Gagal napas dengan rasio PaO2/FiO2 <100 mmHg sudah termasuk penggunaan ventilator mekanik.
  2. Hipercapnic dengan pH <7.20
  3. Syock Kardiogenik berulang
  4. Cardiac Arrest
  5. Gagal weaning cardiopulmonary Bypass pasca bedah jantung
  6. Menjembatani proses transplantasi jantung atau pemasangan ventricular assist device

 
Sirkuit ECMO

Komplikasi 
Komplikasi Ecmo yang berhubungan dengan tindakan kanulasi seperti pneumothorax, gangguan vaskuler, perdarahan, infeksi, emboli), gangguan yang berhubungan dengan antikoagulasi sistemik seperti perdarahan sistem pencernaan, perdarahan pada intracranial,

Referensi:
ELSO guidelines for ecmo centers
Perfusion.com
Wikipedia
Dell Children's