ACT (activated clotting time, aktifasi waktu pembekuan), pertama kali dijelaskan oleh Hattersley pada
tahun 1966 dan ACT digunakan sebagai point of care test (POCT)
dasar pada titik uji perawatan koagulasi yang digunakan untuk memonitor efek antikoagulan dari unfractionated heparin (UFH, heparin
tak terpecah) pada pasien yang menggunakan cardiopulmonary bypass (CPB), mesin pintas jantung paru, ECMO (extracorporeal membrane oxygenation), menjalani percutaneous transluminal coronary angioplasty (angioplasti koroner
perkutan transluminal), hemofiltrasi atau pasien yang menjalani hemodialisis.
Pada awal cardiopulmonary bypass (CPB, pintas jantung paru) dosis heparin yang
digunakan untuk mencegah pembekuan di sirkuit ekstra korporeal didirikan
secara empiris - dosis menjadi minimum dengan yang pembekuan di sirkuit
extracorporeal tidak terjadi. Batas ACT aman adalah di wilayah 300 detik didasarkan pada
pengamatan bahwa di atas tingkat ini bekuan darah jarang terjadi di
sirkuit extracorporeal. Pasien yang akan menggunakan mesin pintas jantung paru, akan diberikan UFH sebanyak 300-400 IU/kg atau dengan rumusan 3-4 gr/KgBB (1 gr =100 IU) dengan bolus yang diperlukan
untuk mempertahankan ACT > 400.
Darah segar (whole blood) yang baru diambil dari pasien, sejumlah darah itu kemudian dimasukkan dalam permukaan tabung aktivator [awalnya aktivator y ang digunakan adalah celite, akan tetapi umumnya kini menggunakan aktivator lain seperti kaolin dan kaca bola ] yang mengakibatkan aktivasi koagulasi melalui jalur intrinsik [Faktor XII].
Ketika memasukkan darah dalam tabung, tekan tombol start untuk menandakan bahwa alat sudah mulai untuk menghitung lamanya darah yang dimasukkan menggumpal. Ketika darah sudah bercampur dengan reagen/aktivator, maka proses koagulasi dimulai.
Metode
Jenis aktivator mempengaruhi waktu pembekuan.
Activator |
Activated Clotting Time [ACT]
|
---|---|
None | 190 - 300 detik |
Celite | 100 - 170 detik |
Glass | 110 - 190 detik |
Kaolin | 90 - 150 detik |
Berbagai mesin telah dikembangkan dalam pemeriksaan proses ini. Pada pasien non-antikoagulan, ACT adalah di wilayah 107S ± 13 detik. Selama cardiopulmonary bypass, heparin dititrasi untuk mempertahankan ACT antara 400 dan 600 detik. Selama ECMO, heparin dititrasi untuk mempertahankan ACT antara 220 dan 260s.
Penyebab Perpanjangan ACT |
---|
Heparin |
Hypothermia |
Hypofibrinogenaemia |
Hemodilusi |
Aprotinin |
Thrombocytopaenia |
Kelainan trombosit kualitatif |
Defisiensi faktor pembekuan lainnya |
Rentang Referensi
Kisaran referensi untuk ACT bervariasi tergantung pada metode yang digunakan untuk pengujian; biasanya jatuh di suatu tempat dalam waktu 70-180 detik.
Heparinisasi pada mesin CPB memiliki tujuan untuk memperoleh nilai ACT dalam rentang 400-500 detik (biasanya> 480 detik), tergantung pada metode. Heparin yang diberikan pada mesin CPB 4-5 unit/mL cairan priming. Untuk indikasi lain, tujuan ACT biasanya lebih rendah daripada bagi cardiopulmonary bypass.
Referensi:
1. Activated Clotting Time [ACT] diakses melalui http://www.practical-haemostasis.com/Miscellaneous/Miscellaneous%20Tests/act.html pada tanggal 23 Mei 2014